Cara Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet

Penyakit jamur akar putih adalah penyakit yang sangat merugikan di perkebunan karet. Potensi kerugian dari JAP ini mencapai milyaran rupiah. Selain menyerang tanaman karet, jamur akar putih juga menyerang tanaman lain seperti cengkeh, kakao, teh, cassava dll. Penyakit ini disebabkan oleh Rigidiporus microporus. Penyakit ini menyerang seluruh stadia pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kematian tanaman serta rendahnya produktivitas. Daerah perkebunan karet yang sering mengalami serangan berat jamur akar putih di Indonesia adalah Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat.

Teknik Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih secara kimiawi, biologi
sb: Indonesia Bertanam
Rigidiporus microporus merupakan jamur yang membentuk badan buah mirip topi pada akar, pangkal batang atau tunggul tanaman. Badan buah tsb berwarna jingga kekuningan. Pada permukaan bawah badan buah terdapat lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang tua akan mengering dan berwarna coklat. Jamur akar putih membentuk tubuh buah seperti kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan dan sering mempunyai struktur serat serta tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8- 4,5 μm, dan mempunyai banyak sekat yang tebal. R. microporus merupakan jamur yang bersifat parasit fakultatif, artinya dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Jamur ini tidak dapat bertahan hidup apabila tidak ada sumber makanan. Bila belum ada inang maka jamur ini bertahan di sisa tunggul. Miselium yang muda berwarna putih dan bentuknya pipih, semakin tua umur miselium warna putih berubah menjadi kuning gading dan bentuknya menyerupai akar rambut.

Gejala Serangan JAP
Jamur akar putih dapat dikenali dari gejala serangannya pada berbagai stadia tanaman. Pada tanaman TM, gejala ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada daun menjadi hijau kusam, kaku dan permukaan daun lebih tebal dari yang normal. Tanaman juga dapat membentuk bunga/buah lebih awal. Pada leher akar terlihat rhizomorf jamur berwarna putih yang menyelimuti permukaan akar. Terkadang akar tanaman sudah berwarna coklat dan membusuk, sehingga mudah tumbang. Serangan lebih lanjut akan membentuk badan buah berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan tepi berwarna kuning muda atau keputihan. Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas. Serangan jamur akar putih biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak penanaman, dan sering berjangkit sampai umur 4-5 tahun. Semakin tua tanaman umumnya semakin tahan terhadap penyakit ini.

Teknik Pengendalian Jamur Akar Putih
Pengendalian JAP dapat dilakukan mulai dari pencegahan, yaitu pada saat akan dimulai pembukaan lahan. Semua tunggul tanaman serta akar yang tersisa harus dibuang dari areal dengan cara pengolahan tanah (doser sampai ayap akar). Dengan kata lain semua calon tempat tumbuh JAP harus dimusnahkan, sehingga JAP tidak akan dapat berkembang di areal tersebut. Apabila anggaran terbatas untuk melakukan pengolahan lahan, maka alternatifnya adalah dengan mengoleskan garlon pada semua tunggul (yang masih segar/baru ditumbang) agar segera lapuk. Untuk lebih meminimalkan potensi JAP, maka areal ditanami dengan tanaman penutup tanah jenis kancangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.

sb. litbang deptan

sb. litbang deptan
Sudah banyak juga dijual fungisida untuk mengendalikan JAP. Beberapa produk tersebut diantaranya adalah calixin, formac, bayleton, bayfidan, belerang dan anvil. Produk hayati juga ada yang tersedia, seperti Triko yang dapat diperoleh di Puslit Karet Sei Putih, Medan. Dosis dan cara aplikasinya disesuaikan dengan aturan pada masing-masing produk, ditabur, disiram, dilumas dll. Pada umumnya interval aplikasinya adalah 6 bulan sekali. Selain pengobatan, fungisida tsb dapat juga dipakai untuk pencegahan. Dan usaha pencegahan JAP biasanya lebih efektif daripada pengobatan, apalagi kalau JAP sudah masuk stadia 4, maka sangat sulit untuk disembuhkan. Oleh karena itu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pemeriksaan rutin atau deteksi dini jamur akar putih juga harus kerap dilakukan agar pengobatan dapat maksimal. Deteksi tersebut dengan cara menutup leher akar tanaman karet menggunakan seresah tanaman. Jika ada JAP, maka dalam waktu 3 minggu akan tampak adanya miselium jamur rigidoporus.

Selain dengan pengolahan lahan dan tanaman kacangan, pemberian fungisida saat sebelum tanam juga dapat meminimalkan jap. Pada lubang tanam dapat ditaburi fungisida tsb (perhatikan dosis). Sebagai contoh, dengan menggunakan belerang dan Trichoderma maka dapat dilakukan dengan dosis 200 gr/lubang tanam (1 kg Trichoderma dimix 50 kg pupuk kandang). Lubang tanam juga diberi belerang 100 – 200 gram per lobang, dengan interval waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar jap tidak dapat berkembang biak.

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk menekan jamur akar putih adalah dengan menanam tanaman kunyit, lidah mertua, lengkuas atau cocor bebek. Tanaman tersebut menunjukkan respon yang baik terhadap usaha untuk menekan JAP. Tanaman yang bersifat antagonis terhadap jamur tsb dapat ditanam di sekeliling pohon karet agar jap dapat dikendalikan.

Pada daerah perkebunan karet yang sudah terserang JAP, maka harus dilakukan langkah-langkah pengobatan dan isolasi tanaman, agar jamur tidak menyebar ke area lain. Akar tanaman yang terserang dibuka dengan cara melubangi tanah sekitar sampai terlihat jamur akar putihnya (biasanya sekitar 30 cm daerah leher akar). Jamur dikerok perlahan dari akar tanaman karet. Hati-hati, jangan sampai akar tanaman rusak. Bagian akar yang terserang dan sudah busuk harus dibuang dan dimusnahkan. Bekas kerokan diberi ter dan dioleh dengan fungisida. Apabila luka telah kering, maka perakaran ditutup dengan tanah. Tanaman ini harus diisolasi dari daerah disekitarnya dengan cara menaburi fungisida pada tanaman di sekitar tanaman terinfeksi. Interval pengobatan tanaman dilakukan selama 6 bulan sekali sampai tidak ada lagi tanda serangan JAP. Tanaman yang mati akibat JAP harus segera dibongkar, dan seluruh bagian tanaman harus dimusnahkan. Lubang tanaman juga harus diberi fungisida agar sisa jamur dapat terkendali.




Sumber: litbang deptan, puslit karet, World Agroforestry Centre, indonesia bertanam, berbagai sumber lain.